Menguak
Misteri Sebelas September
11 September 2012
Oleh: yudi hendriyanto
Ketika gedung kembar
WTC di Amerika menjadi sasaran pesawat, serentak media-media Barat memberitakan
hal itu dengan membandingkan kejadian Pearl Harbour. Serangan Jepang terhadap
pangkalan militer Amerika di sana adalah alasan bagi Amerika untuk terjun
langsung ikut dalam perang dunia ke dua. Dengan analisa yang tidak jauh
berbeda, oleh media Barat, penyerangan kedua gedung itu adalah dimulainya
peperangan Amerika melawan teroris. Di saat orang masih berpikir tentang
bagaimana hal itu terjadi dan kesedihan anggota keluarga korban, media telah
melangkah lebih jauh mereka-reka kapan Amerika akan memulai peperangan dengan
teroris. Sebuah usaha yang perlu dipertanyakan tentang kelurusan niatnya.
Apakah pemberitaan ini tidak dipersiapkan sejak sebelumnya?
Sayangnya untuk klaim
yang sebesar itu pemerintah Amerika sendiri sampai saat ini belum membentuk tim
investigasi untuk menyelidiki kejadian 11 September sampai tuntas. Bandingkan
dana yang dikeluarkan untuk menyelidiki kejadian itu yang hanya menghabiskan
biaya 600.000 dolar sementara dana yang dikeluarkan untuk melakukan investigasi
terhadap skandal Clinton sekitar 40.000.000 dolar. Sebuah dana yang sangat
tidak sebanding untuk klaim besar bahwa kejadian 11 September adalah tiket
masuk Amerika untuk melakukan penyerbuan mencari kaum muslimin di seluruh dunia
dengan alasan teroris.
Ayah Bush sendiri
ketika Irak menginvasi Kuwait untuk melakukan penyerangan ke Irak tidak
mendapatkan suara mutlak melainkan hanya setengahnya saja sementara setengah
lainnya menolak. Skenario pun disusun. Seorang suster diminta untuk
mengutarakan apa yang terjadi di Kuwait. Dengan menangis tersedu-sedu
seakan-akan mengingat apa yang terjadi, suster berumur 15 tahun ini
menceritakan bagaimana kekejaman Saddam membom rumah sakit dan menjarah
inkubator bersama anak-anak bayi. Masyarakat Amerika dengan air mata seorang
suster berumur 15 tahun memberikan izin kepada pemerintahnya untuk menginvasi
Irak. Ternyata diketahui bahwa suster wanita berumur 15 tahun itu adalah anak
duta besar Kuwait untuk Amerika yang pada kejadian invasi Irak ke Kuwait tidak
berada di
sana.
sana.
Pangkalan udara
Andrews
Pangkalan udara
Andrews adalah sebuah pangkalan yang berjarak sekitar 20 kilo meter dari
Washington yang dipersiapkan untuk berjaga-jaga bila ada hal-hal mencurigakan
di atas udara ibu kota. Dengan melihat peta penerbangan pesawat-pesawat
‘teroris’, salah satunya yang menghantam Pentagon, take off nya dari Washington
sendiri. Dan bila ia akan menuju Pentagon untuk melakukan tugasnya itu berarti
ia akan melewati di atas gedung putih. Bagaimana mungkin menara pengawas tidak
akan secepatnya memberitahukan ada yang tidak beres dengan pesawat boeing 757
yang diklaim menabrakkan dirinya ke Pentagon. Bahkan sampai dua jam setelah
peristiwa itu tidak ada pesawat-pesawat tempur dari pangkalan udara Andrews
yang mengudara untuk mengantisipasi kemungkinan penyerangan lain. Pangkalan
udara yang khusus untuk menanggulangi kondisi darurat di sekitar Washington
telah menyiapkan dua skuadron tempur dan penyergap yang siap setiap saat dan
diperkuat dengan senjata lengkap.
Yang menjadi
pertanyaan adalah mengapa kekuatan angkatan udara Amerika terlihat tidak melakukan
reaksi mengatasi kondisi ini?
Ada dua jawaban untuk
pertanyaan ini.
Pertama, kelemahan sistem. Oleh para peneliti
disebutkan kemungkinannya adalah satu per empat puluh juta. Michael C. Rupport
salah seorang detektif yang paling pertama melakukan penyelidikan atas masalah
ini dan ia mendapatkan data dari angkatan udara Amerika bahwa saat itu terjadi
manuver bersama dengan Kanada yang skalanya termasuk besar. Di samping itu ada
juga manuver-manuver lain di Barat dan Utara Alaska dan Timur Laut Amerika. Namun
tetap saja manuver-manuver belum memberikan jawaban memuaskan bagaimana bisa
pesawat yang menghantam Pentagon dengan leluasa terbang di atas gedung putih.
Kedua, unsur kesengajaan. Dan ini oleh mereka
yang melakukan penyelidikan serius mengenai kejadian tersebut memberikan
kepastian. Hanya unsur kesengajaan sajalah yang mampu menafsirkan fenomena ini.
Bangunan nomor tujuh
Pada peristiwa 11 September ada sebuah
bangunan yang juga ikut hancur yang disebut dengan bangunan nomor tujuh. Sebuah
bangunan bertingkat 47 dan tiang-tiang pancangnya terbuat dari besi. Bangunan
nomor tujuh juga ikut rata dengan tanah dan ketika ditanyakan, pemerintah
Amerika menjawab hal itu karena kebakaran yang terjadi di gedung kembar
merambat ke gedung nomor tujuh. Tentunya, jawaban ini menimbulkan tanda tanya
besar di kepala para arsitektur yang belum pernah melihat ada sebuah bangunan
yang hancur luluh lantak hanya dikarenakan sebuah kebakaran. Seandainya
terbakar setidak-tidaknya tiang pancangnya masih tetap berdiri.
Dengan melihat bukti
foto-foto yang diambil pada peristiwa 11 September, dapat dilihat dengan jelas
bahwa api terlihat di gedung nomor tujuh semenjak jam 8.30 pagi. Namun api yang
terlihat hanya terjadi pada sebagian gedung dan itu pun kecil. Sampai pada jam
3 siang api belum juga dimatikan. Pertanyaan yang timbul dengan api yang tidak
terlalu besar itu bagaimana bisa sistem pemadam kebakaran gedung tersebut tidak
bekerja secara otomatis untuk memadamkan kebakaran. Bahkan ketika gedung secara
keseluruhan runtuh sekitar jam 5.25 sore tidak ada tanda-tanda usaha untuk
memadamkan api.
Para peneliti hanya dapat menyimpulkan bahwa kebakaran seperti itu tidak akan dapat menghancurkan sebuah bangunan yang tiang pancangnya terbuat dari besi. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh ledakan bom yang diatur dengan sangat rapi berminggu-minggu sebelumnya. Hanya dengan demikian bangunan sebesar itu dapat rata dengan tanah.
Para peneliti hanya dapat menyimpulkan bahwa kebakaran seperti itu tidak akan dapat menghancurkan sebuah bangunan yang tiang pancangnya terbuat dari besi. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh ledakan bom yang diatur dengan sangat rapi berminggu-minggu sebelumnya. Hanya dengan demikian bangunan sebesar itu dapat rata dengan tanah.
Misteri pesawat
penabrak WTC
Gedung kembar WTC
hancur rata dengan tanah. Penyebabnya diakibatkan oleh tubrukan dua buah pesawat.
Yang satu menabrak menara bagian Utara dan yang satunya menghancurkan bagian
selatan. Masyarakat dunia hanya memahami bahwa tubrukan itulah penyebab
hancurnya gedung kembar tersebut. Padahal bila diperhatikan dengan seksama akan
terlihat ada keganjilan-keganjilan pada kedua pesawat tersebut.
Keadaan yang sama
dengan kedua pesawat tersebut adalah sebelum menabrak gedung ada bunyi ledakan
dari masing-masing pesawat. Klaim ini dapat dibuktikan dengan merunut secara
teliti dan perlahan-lahan rekaman yang ada tentang peristiwa tersebut. Dan yang
kedua dengan wawancara para wartawan dan siaran televisi yang menyebutkan bahwa
sebelum terjadi tabrakan orang-orang dikejutkan dengan suara ledakan. Baik
pembawa acara televisi maupun orang-orang yang diwawancarai sama mengucapkan
kata ‘explosion’. Itu sebelum pemerintah dan media Amerika memberitakan riwayat
resmi kejadian 11 September. Riwayat ini tidak pernah memasukkan kata explosion
dalam beritanya.
Sebuah site dengan
alamat www.letsroll911.org
melakukan penyelidikan ulang saat sebelum pesawat mengenai gedung WTC.
Gambar-gambar yang didapat lebih banyak merekam kejadian tabrakan kedua yang
mengenai bagian selatan gedung WTC. Dalam gambar tersebut ada sesuatu yang aneh
pada badan pesawat. Hal itu dikarenakan bagian bawah badan pesawat seperti ada
tambahan tangki penyimpanan. Hal itu tidak seperti pesawat boeing lainnya yang
perutnya datar tanpa ada tambahan. Tidak dapat dideteksi secara pasti apa itu
namun jelas itu adalah tambahan pada badan pesawat yang tidak lazim pada
pesawat boeing.
Lebih aneh lagi adalah ketika pesawat
akan menyentuh dan menabrak bangunan selatan dari gedung kembar WTC terlihat
semburat cahaya dari perut pesawat yang bila diperhatikan lebih seksama cahaya
itu datang dari tambahan pada badan bagian bawah pesawat yang tidak lazim itu.
Warga Amerika tentu tidak akan percaya
bahwa gedung kembar WTC dihancurkan oleh bom. Oleh karenanya, cahaya itu
ditafsirkan sebagai pantulan cahaya ke badan pesawat. Pernyataan ini dapat
dibenarkan bila gambar yang didapatkan hanya dari satu arah. Karena dari empat
gambar yang diambil dari arah yang berlainan semua menunjukkan satu hal, adanya
cahaya sebelum moncong pesawat menyentuh gedung.
Pada menara sebelah Utara tidak didapat
gambar yang sedetil pada menara di Selatan. Namun ternyata ada perusahaan film
Prancis yang pada saat itu, sedang membuat film dokumenter tentang pemadam
kebakaran kota New York. Namun karena jarak yang terlalu jauh tidak dapat
dipastikan apakah ada tangki tambahan seperti yang ada pada pesawat yang
menabrak menara Selatan atau tidak. Namun yang menarik, dengan mencoba memutar
ulang kembali film tersebut ditemukan sesuatu yang aneh. Terdengar suara
ledakan yang cukup keras sehingga masyarakat sangat kaget waktu itu dan itu
dapat ditangkap dengan munculnya ungkapan ‘explosion’ pada hampir semua orang
yang diwawancarai dan para presenter. Lebih menarik lagi, ternyata dengan
melambatkan film terlihat bahwa sebelum menyentuh bangunan memang terjadi
semburat cahaya dari pesawat dan terdengar ledakan. Hal itu dapat dijelaskan
dengan melihat bahwa bayangan pesawat masih sempurna ketika terjadi ledakan.
Bahkan moncong pesawat belum bertemu dengan bayangannya. Setelah itu baru
pesawat menabrak bangunan. Lebih jelas lagi ketika diputar balik. Bagaimana
pesawat setelah keluar dari bangunan kemudian terjadi ledakan.
Jeff King seorang Insinyur dan peneliti
memberikan data-data baru bagaimana serpihan-serpihan yang berhamburan ke luar
dari bangunan hanya dapat dilakukan dengan ledakan bom dan bukan dengan
tubrukan sebuah pesawat. Ia melakukan wawancara dengan penduduk setempat
mengenai kegiatan-kegiatan ganjil. Mereka berkata dua Minggu sebelum terjadinya
peristiwa 11 September ada kesibukan dari orang-orang yang sepertinya
mengerjakan proyek listrik di sana.
Bukti lain menurut Jeff King yang patut
dianalisa lebih lanjut adalah mengapa bongkahan-bongkahan bangunan langsung
dibersihkan oleh pemerintah sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut. Yang
disisakan hanya sekitar 200 potongan yang ditengarai dibiarkan untuk diteliti
oleh penyelidik.
Boeing 757, Pentagon
dan Konspirasi
Ada satu pertanyaan
penting yang sampai saat ini belum dapat dijawab oleh gedung putih. Bagaimana
pesawat boeing 757 menghantam Pentagon?
David Von Kleist seorang wartawan
melakukan konstruksi ulang dengan kembali melihat rekaman peristiwa yang
kerusakan dialami sebagian dari bangunan Pentagon yang diklaim akibat serangan
Usamah bin Laden. Hal pertama yang perlu dijelaskan adalah ukuran dari pesawat
boeing 757 dan kerusakan yang diakibatkannya. Pesawat boeing 757 memiliki lebar
sayap 42 meter dan panjang badan pesawat 52 meter dan tinggi 13 meter.
Sementara Tinggi bangunan Pentagon yang diklaim rusak akibat tubrukan pesawat
adalah 73 kaki dan lebar kerusakan yang diakibatkannya adalah 65 kaki.
Pertanyaannya menjadi
jelas bagaimana pesawat dengan ukuran di atas membuat kerusakan setengah dari
besar dirinya. Mestinya, kerusakan yang diakibatkan lebih besar dari itu.
Kerusakan Pentagon yang diklaim oleh
pesawat akan terasa menggelikan dengan melihat perbandingan di atas. Apa lagi
bila ditambahkan bukti-bukti lain bahwa banyak barang-barang dalam bangunan
yang tidak tersentuh oleh apapun padahal sekurang-kurangnya pesawat itu membawa
sekitar 15 ribu liter bahan bakar yang mudah terbakar.
Gambar-gambar di bawah ini lebih jelas
dalam menjelaskan bagaimana klaim Pentagon adalah sebuah kebohongan terhadap
negerinya sendiri bahkan dunia yang pada gilirannya membuat ratusan bahkan
ribuan warga tidak berdosa di Afghanistan dan Irak yang harus menanggung
kebohongan ini. Sebuah kebohongan besar di awal abad 21, abad millenium.
Perhatikan dengan baik-baik bagaimana
komputer yang ada masih menyala ketika diambil gambarnya (gb. 1). Meja kayu pun
tidak terbakar (gb. 2) bahkan sebuah buku yang terletak di atas bangku kayu
tidak menjadi debu disambar api (gb. 3)
.
Kebohongan-kebohongan itu ternyata
tidak berhenti sampai di situ. Tidak ada satu kamera pun yang menangkap bangkai
pesawat. Bahkan yang lebih menarik lagi dengan kamera yang berderet-deret di
setiap jengkal bangunan Pentagon tidak ada satu pun yang merekam adanya pesawat
yang menabrak bangunan. Malah yang berhasil mengambil gambar hanyalah sebuah
kamera yang dipasang di sebuah pompa bensin dekat gedung Pentagon.
Ada berapa kali terlihat bagaikan
ledakan yang memunculkan lidah-lidah api ke angkasa namun tidak terdeteksi
sedikit pun gambar pesawat. Mengetahui bahwa kamera pompa bensin itu merekam
kejadian tersebut, lalu oleh polisi federal kemudian kamera tersebut disita.
Yang lebih menggelikan lagi ternyata tanggal perekaman tersebut tidak tertulis
11 September namun 12 September. Padahal oleh Pentagon diklaim bahwa pesawat
‘teroris’ bin Laden menghantam gedung pada pukul 9.31 pagi sementara pegawai di
sana menyebut jam 9.38..
Rekayasa Pentagon terus bergulir namun
kenyataan dan kebenaran tidak pernah mati. Misteri bangkai pesawat terus
mengusik mereka yang kritis melihat dan menilai masalah. Penelitian terus
dilanjutkan melihat sejauh mana kebenaran peristiwa 11 September.
Masih dari kejadian
Pentagon, ternyata jatuhnya pesawat ke bagian dari bangunan Pentagon memang
hanya isapan jempol belaka. Gambar-gambar yang diambil tentang runtuhnya atap
bagian yang rusak ternyata tidak sekaligus namun perlahan-lahan. Tidak
sebagaimana kejadian yang diceritakan oleh pemerintah Amerika. Sebelum atap
bangunan runtuh terlihat bagaimana di depan bangunan ada gulungan-gulungan
besar kabel. Sepertinya sebelumnya lagi ada perbaikan telkom disana. Kerusakan
seperti ada tumbukan hanya sebagian kecil bangunan (seperti dilingkari dalam
gambar).
Para petugas pemadam
kebakaran sedang sibuk untuk memadamkan api dan setelah beberapa waktu kemudian
atap bangunan runtuh. Runtuhnya atap juga menarik untuk diperhatikan. Karena
tidak seperti runtuh diakibatkan karena ledakan pesawat atau apapun.
Yang menariknya lagi,
di sana hadir mobil pemadam kebakaran bernomor 331. Pemadam kebakaran ini milik
bandara udara Washington. Ketika ada rencana dari sebuah stasiun radio untuk
mewawancarai komandan dan dua orang saksi yang pada waktu itu bertugas
memadamkan api di gedung Pentagon, tiba-tiba saja mereka mengatakan bahwa tidak
bisa melakukan wawancara selama-lamanya bahkan kemudian kedua petugas itu di
cutikan untuk waktu yang tidak ditentukan. Wawancara gagal.
Ada gambar-gambar yang memberikan
penjelasan lebih jelas, proyek apa yang sedang mereka lakukan. Bagaimana
sebenarnya atap bangunan bisa runtuh bila memang tidak ada pesawat?
Di sana ada sebuah lobang yang memang
telah disiapkan untuk kemudian diledakkan. Dan dari ledakan itu kemudian dibuat
sedemikian rupa bahwa ada pesawat yang menabrak bangunan tersebut. Ketika
ditanyakan mana bangkai pesawatnya banyak penafsiran untuk hal itu. Persatuan
Arsitektur Amerika yang merenovasi bangunan itu mengatakan bahwa, ketika
pesawat tersebut masuk dan terus masuk kedalam dan menabrak bangunan, pesawat
itu hancur berkeping-keping karena adanya tiang-tiang beton disana. Sayangnya
itu tidak sesuai dengan bekas di luar bangunan yang tidak sebanding dengan
ukuran pesawat dan kerusakan yang diakibatkannya.
Tidak ada bangkai pesawat mungkin itu
bisa menjadi pertanyaan menarik kepada siapa saja yang sempat singgah dan
melihat kejadian tersebut. Namun siapa yang mau tahu tentang itu?
Foto ini mungkin bisa menghilangkan
sedikit kegalauan hati kita, karena mungkin pada waktu itu ada juga orang yang
mempertanyakan hal yang sama kita pikirkan: